Orang yang biasa melakukan salah, akan menganggap salah itu biasa. Demikian Ustad Indragiri menuturkan dalam ceramahnya bertema, “Bagi Mereka, Salah Terasa Indah”, di Musjid Multazam, RS Islam Yogyakarta PDHI, Sabtu (14/9).

Menurut Ust. Ransi, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat al-Khafi ayat 103-104. Disebutkan, “Katakanlah (Muhammad); ‘Apakah perlu kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?. (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya”.

Menurut ust. Ransi, orang yang paling rugi adalah orang yang merasa telah melakukan perbuatan baik, padahal ia salah. Bahkan salah baginya dibuat terasa indah. Karena itu, ada tiga ciri orang yang merugi. Pertama, dengan dibuat bahwa perbuatan salah meraka terasa indah, padahal salah. “Kapan kita melakukan perbuatan salah tapi terasa baik?”, katanya.

Ust. Ransi kemudian mengutip perkataan Ibnu Jauziyah, yang mengatakan, ketika orang banyak melakukan dosa, maka setan mendominasi wilayah hatinya sehingga yang terdengar adalah bisikan-bisikan setan. Dasarnya menurutnya, surat Al-Muthoffifin ayat 14: “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka”.

“Sehingga perbuatan salah akan dianggap biasa. Orang yang merugi adalah orang yang banyak amal tapi sedikit ilmu. Itulah yang membuat salah jadi biasa.”

Menurut ust, Ransi, orang seperti ini sangat disukai setan. Mereka akan merasa bahwa dirinya benar dan paling benar. Orang yang merasa benar tidak mau tanya, apalagi dinasihati. Maka dijadikan indah orang-orang yang melakukan salah. “Ingin berbuat baik, tapi caranya salah. Makanya di akhirat nanti, ada orang yang amalnya banyak tapi tidak diterima karena sedikit ilmu dan merasa benar,” katanya.

Kedua, orang yang merugi menurut ust. Ransi adalah orang yang beribadah tetapi niatnya salah. Niat itu penting karena pada hari kiamat ada tiga orang yang pertama kali akan dihisab berkaitan dengan niatnya. Seorang mujahid yang sahid di medan perang. Ia masuk neraka karena niatnya ingin jadi pahlawan. Seorang yang belajar ilmu agama. Ia masuk neraka karena niatnya agar disebut sebagai orang alim. Dan orang yang dermawan. Ia masuk neraka karena niatnya agar disebut dermawan. “Jadi niat itu sangat penting dan sering berubah-ubah. Maka meluruskan niat karena Allah itu penting,” jelasnya.

Niat adalah dasar dari setiap amalan. Menurut ust. Ransi, berapa banyak orang yang amalnya kecil menjadi besar lantaran niatnya. Begitu juga sebaliknya, berapa banyak orang yang amalannya besar menjadi kecil atau tidak ada pahalanya sama sekali karena niatnya. “Luruskanlah dan perbaikilah selalu niat agar tidak menjadi orang-orang yang kelak akan merugi,” tuturnya.

Ketiga, menurut Uts. Ransi adalah orang yang sombong. Ini adalah dosa besar yang dilakukan jin azazil sehingga diusir dari surge. Jin azazil yang nantinya kita sebut sebagai iblis. Ia enggan bersujud di hadapan Adam karena sombong. Dalam hadits nabi disebutkan, tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada secuil kesombongan. “Kesombongan itu ada dua, menolak kebenaran dari Allah dan meremehkan atau merendahkan orang lain,” tandasnya.