Unit Hemodialisa RS Islam Yogyakarta
PDHI dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanan sekaligus efisien dalam
pengelolaannya. Kepala Unit Hemodialisa RSIY PDHI, dr. Emy Andrini, menyebut
bahwa dua hal tersebut sekilas seperti tidak berjalan seiring. Ada paradigma yang
selama ini kita pahami “ono rego ono rupo” (bahwa kalau ada uangnya, ada
barangnya). “Jadi ketika ada fulus (uang) maka pelayanan jadi baik. Sedangkan
kalau kita harus menghemat biaya pelayanan artinya pelayanan mutunya turun,”
katanya.
Paradigma tersebut berusaha untuk
dipatahkan oleh unit Hemodialis (HD). dr. Emy ingin mematahkan paradigma tersebut
dengan konsep peningkatan mutu namun efisien. Sehingga pihaknya sedang bekerja
keras untuk mensinergikan antara efisiensi dan peningkatan mutu layanan rumah
sakit. “Bahkan kita tidak hanya menjaga mutu, namun juga bagaimana meningkatkan
pelayanan,” katanya.
Peningkatan mutu dengan tetap efisien
itu dilakukan salah satunya dengan membeli mesin HD baru. Sejak tanggal 25 Mei
2019, Unit Hemodialisa memiliki mesin hemodialis baru terbaik yang menunjang
pelayanan kami. Menurut dr. Emy, mesin ini memang sedikit lebih mahal, namun kami
mengambil mutu sebagai prioritas. “Dengan mutu yang baik, pelayanan kita dapat
optimal sehingga pasien-pasien kita dapat terpuaskan,” katanya.
Menurut dr. Emy, usai menggunakan mesin
baru tersebut, ia selalu bertanya kepada pasien-pasiennya. Para pasien HD pun
memberikan testimoni yang baik terhadap mesin yang baru tersebut. “Yang paling
istimewa dari mereka adalah rasa hausnya berkurang. Ini sepertinya sepele,
namun untuk pasien gagal ginjal kronis, ini sesuatu yang istimewa,” jelasnya.
Ia menjelaskan, pasien-pasien HD memiliki
jatah minum kurang lebih 2 gelas sehari. Memang ketentuannya untuk pasien HD
seperti itu, sehingga ini bagian dari ujian kesabaran tersendiri bagi mereka. Karena
kalau melebihi batas itu aka nada risikonya seperti bengkak dan lainnya. “Kita selalu
memberikan edukasi seperti itu ke pasien,” katanya.
Menurut dr. Emy, sejak memakai mesin
baru hemodialis tersebut para pasien testimoninya bagus. Mereka merasa badannya
lebih baik dan berkurang rasa hausnya. “Padahal dulunya pasien-pasien ini kenaikan
berat badannya meningkat, sekarang bisa turun,” katanya.
Hal ini karena sebelum dan sesudah
melakukan HD, pihaknya selalu menimbang secara objektif. Kenaikan berat badan antar
HD sebelumnya sekitar 3-4 Kg. Dalam seminggu, pasien HD rutin melakukan
hemodialisa 2 kali. Sehingga mereka datang lagi setelah 3 hari dan berat badan
mereka naik 2-4 Kg. Bahkan ada yang sampai 6 Kg. “Karena mereka kesulitan mengontrol
cairan dari air minum,” kata dr. Emy.
Sedangkan untuk saat ini, kata dr. Emy, dalam
waktu satu setengah bulan usai menggunakan mesin yang baru, hasilnya semakin
baik. Kenaikan berat badan mereka diangka 2-3 Kg. Meskipun yang naik ke angka 3
sudah jarang terjadi. Bahkan sudah mulai naik 1 koma sekian, tidak sampai dua. “Karena
idealnya kenaikan berat badan antar HD itu 1,5 sampai 2 Kg. Sehingga dengan
mesin baru ini mereka dapat mencapai ideal,” tandasnya.