Dewan Pengurus Komisariat Persatuan Perawat Nasonal Indonesia (DPK PPNI) RS Islam Yogyakarta PDHI menggelar seminar dalam rangka HUT PPNI ke-48 di Gedung pertemuan setempat (4/8). Seminar tersebut mendatangkan narasumber internal yaitu Hanung Eskandar, S.Kep., Ns dan Sarwo Edi Wibowo, S.Kep yang digelar secara hybrid.
Ketua DPK PPNI RSIY PDHI, Siti Nurhayatun, S.Kep.Ns, dalam sambutannya mengatakan, acara ini tertunda karena adanya pandemi dan baru kali ini dapat dilaksanakan. Meski di tengah pandemi, pihaknya mampu melaksanakan seminar vaksin booster bagi masyarakat Purwomartani Kalasan beberapa waktu yang lalu. “Ini adalah amanah yang berhasil kita laksanakan,” jelasnya.
Sedangkan Direktur RSIY PDHI, dr. H. Bima Achmad Bina Nurutama, MPH dalam sambutannya senang dengan acara tersebut. Hal ini karena menjadi penanda bahwa gedung pertemuan yang sebelumnya ditutup selama pandemi dan dioperasikan untuk ruang isolasi Covid-19 akan difungsikan kembali seperti semula. “Acara PPNI ini menjadi sejarah bahwa acara di gedung pertemuan ini menjadi awal akan difungsikannya kembali gedung pertemuan ini,” katanya.
Dalam acara tersebut, salah satu tema yang diangkat adalah bagaimana peran perawat kaitannya dengan sistem deteksi untuk melihat perubahan kondisi pasien yang memburuk atau ESW (Early Warning System). Menurut dr. Bima, RSIY PDHI perlu berbangga karena angka ROSC (Return of Spontaneous Circulation) kita termasuk baik di tingkat nasional. ROSC adalah keadaan dimana pasien henti jantung mengalami kembali terabanya nadi selama sepuluh menit dan tanda sirkulasi bertahan atau berkelanjutan.
“Jadi, pasien yang dilakukan resusitasi untuk denyut kembali ternyata tinggi dan respon time dari tim Code Blue kita cepat dan sigap. Sehingga patut kita banggakan,” tandasnya.
Dengan sistem EWS tersebut, RSIY PDHI tidak sampai menolak pasien. Hal ini karena sistem EWS kita cukup baik, termasuk ketika terjadi ledakan pasien Covid-19 beberapa waktu lalu. Kita sampai membuka layanan di luar atau depan UGD. “Alhamdulillah, sistem EWS kita sudah cukup baik sehingga kita tidak sampai menolak pasien,” jelasnya.
Selain itu, RSIY PDHI termasuk RS Syariah sehingga sistem EWS-nya dijalankan sesuai syariah. Dr. Bima menjelaskan, sistem Code Blue kita sudah syariah, sehingga kita menerapkan sistem EWS sesuai standar syariah. Salah satu layanan tersebut adalah dengan mempersilakan keluarga pasien untuk mendampingi saat kondisi sakaratul maut. perawat juga akan membantu keluarga menalqin pasien. “Saat pasien sakaratul maut, keluarga atau petugas dapat membantu menalqinkannya,” tandasnya. [ANC]