Konflik antara Rumah Sakit dengan pasien biasanya terjadi bukan semata-mata karena konten atau isinya, tetapi cara menyampaikannya. Direktur RS Islam Yogyakarta PDHI, dr. H. Bima Achmad BIna Nurutama menyampaikan hal tersebut dalam acara pelatihan Komunikasi Efektif bagi karyawan di gedung pertemuan setempat, Rabu (23/10). “Artinya, 90% konflik terjadi karena masalah komunikasi, sedangkan 10% masalah kontennya,” katanya.

Hal tersebut juga diamini oleh pembicara dalam pelatihan tersebut, Eka Budy Santoso, S.Sos, M.Pd, mediator, CPR. Tingkat kesalahan yang terjadi di RS biasanya karena masalah komunikasi. Apalagi, bahasa medis dengan bahasa umum itu berbeda. “Disinilah pentingnya komunikasi efektif untuk meminimalkan risiko humum atas dugaan malpraktik,” jelas Ketua Umum Perhumass DIY ini.

Bahasa medis dan bahasa umum yang sering terjadi salah persepsi dan berujung konflik dengan pasien misalnya, terkait observasi pasien. Dalam bahasa awam, observasi pasien hanya didiamkan saja. Padahal dalam bahasa medis, pasien yang diobservasi hanya didiamkan saja dan dilihat perkembangannya.

“Jika ini tidak dikomunikasikan dengan baik ke pasien atau keluarga pasien, maka pasien menyimpulkan hanya didiamkan saja. Tidak diapa-apain,” terang Eka.Eka Budy Santoso, MPd. sedang menyampaikan materi tentang Komunikasi Efektif

Hal lain yang sering terjadi di RS menurut Eka adalah komunikasi melalui Handphone antara dokter dengan dokter lainnya. Saat pasien datang ke UGD misalnya, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter malah sibuk bermain HP. Padahal dokter sedang melakukan konsultasi ke Dokter Penanggunjawab Pasien (DPJP). “Hal inilah yang sering terjadi dan disalahpersepsikan oleh pasien atau keluarga pasien,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Eka menegaskan bahwa komunikasi efektif yang dilakukan oleh tenaga medis itu sangat penting. Menurutnya, 45% pelanggaran disiplin oleh dokter adalah disebabkan kesalahan berkomunikasi, sisanya masalah lainnya. “Artinya, kesalahan dalam penyampaian komunikasi memiliki porsi besar dalam menciptakan konflik dengan pasien atau keluarga pasien,” tandasnya