Oleh: Ika Mustikawati, Perawat RSIY PDHI

RSIY PDHI adalah rumah sakit mampu PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatus Emergency Komprehensif) dimana tersedianya pelayanan PONEK 24 jam. RSIY PDHI memiliki ruang perawatan bernama ruang Halimah untuk ibu nifas, kandungan dan perawatan bayi baru lahir baik sehat maupun sakit.

Bayi dengan kondisi sehat dan normal dilakukan rawat gabung bersama ibu dan bayi yang memiliki masalah kesehatan dimonitor di ruang perinatal. Akan tetapi, dalam menjalankan tugas sehari-harinya, perawat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien, Selain peran memberikan asuhan keperawatan, perawat juga memiliki peran sebagai pendidik (edukator) dan advokasi. Sebagai edukator kesehatan, seorang perawat juga memberikan pendidikan kepada pasien, keluarga pasien, baik secara individual ataupun kepada kelompok tertentu. Perawat memberikan pendidikan/edukasi dalam rangka menambah pengetahuan tentang kesehatan , dengan berbagai tujuan dan manfaat.

Perawat RSIY PDHI sedang melakukan komunikasi dan edukasi intensif kepada pasien

Pemberian edukasi pasien dan keluarga adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi terhadap masalah kesehatan pasien yang belum diketahui pasien dan keluarganya. Sedangkan hal tersebut perlu diketahui untuk membantu dan mendukung penatalaksanaan medis atau tenaga kesehatan lainya. Menurut Rochadi (2011), tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat.

Tak terkecuali pasien yang berada di bangsal Halimah RS Islam Yogyakarta PDHI. Sebelum pasien dan keluarga pasien pulang, perawat di bangsal tersebut selalu memberikan edukasi tentang bagaimana melakukan perawatan kepada bayi yang tepat. Di antara beberapa materi penting ialah pertama, bagaimana teknik menyusui secara benar. Teknik menyusui ini sangat penting karena bila salah, bayi akan mengalami hambatan dalam mendapatkan asi , hambatan pertumbuhan dan perkembangan . Biasanya yang terlihat adalah adanya penurunan berat badan yang tajam, sehingga edukasi tentang teknik menyusui ini sangat penting dilakukan.

Kedua, memberi edukasi tentang pemberian ASI (Air Susu Ibu) ekslusif kepada bayi. Di sini, perawat Halimah memberika edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Hal ini mengingat, tidak sedikit ibu yang memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir dengan berbagai alasan. Karena pekerjaan, lebih praktis, dan lainnya. Perawat tidak pernah lelah menjelaskan kepada pasien dannkeluarga bahwa ASI adalah nutrisi terbaik bagi pertumbuhan anak. Pengertian ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa pemberian makanan tambahan lainnya, selama 6 bulan. Berikan ASI setiap 2 jam, bila bayi tidur terus, bangunkan untuk menyusu per 2 jam. Selanjutnya usia 6 bln pemberian ASI tetap dilanjutkan dengan makana tambahan pendamping ASI sampai usia 2 tahun.

Ketiga, menjelaskan dan mempraktikkan tentang bagaimana cara memandikan bayi yang benar, yaitu dengan menggunakan air hangat 2 kali sehari. Selain itu, perawat juga menjelaskan bagaimana melakukan perawatan tali pusar yang benar kepada bayi. Karena tidak sedikit masyarakat masih belum tahu bagaimana melakukan perawatan tali pusar yang benar. Perawat juga melakukan edukasi teknik cuci tangan yang benar dan mengingatkan ibu dan keluarga agar selalu mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, karena tangan adalah media efektif penyebaran virus penyebab penyakit. Apalagi, bayi rentan terhadap infeksi sehubungan dengan imunitasnya yang belum kuat.

Keempat, perawat juga menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yang baru lahir. Tanda bahaya bayi yang baru lahir adalah bayi tidak mau menyusui, kejang, lemah ,tidak aktif, sesak nafas, sering muntah, pusar kemerahan, berbau, bernanah, demam atau tubuh teraba dingin, mata belekan dan kulit bayi terlihat kuning. Hal tersebut perlu disampaikan agar ketika gejala itu ditemukan di rumah pada bayi, ibu harus segera kontrol ke rumah sakit.

Kelima, menggunakan masker bila terjadi batuk. Dalam hal ini perawat memberi edukasi kepada keluarga pasien agar bila mereka batuk, sebaiknya menggunakan masker mulut agar tidak menulari si bayi. Bahkan bila ada yang merokok, sebaiknya dijauhkan dari bayi. Jangan sampai bayi menghirup asap rokok yang banyak zat berbahaya di dalamnya karena akan berdampak buruk bagi perkembangan dan kesehatannya.

Keenam, mengedukasi ibu agar jangan asal memijatkan bayinya kepada yang tidak berkompeten. Karena itu, sebelum pasien pulang, perawat selalu bekerja sama dengan fisioterapi untuk memberikan edukasi bagaimana cara memijat bayi dengen benar. Fisioteripis RSIY PDHI akan mengajari bagaimana teknik memijat bayi secara benar.

Ketujuh, perawat Halimah juga mengedukasi pasien yang memiliki bayi dengan kondisi khusus, seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat di bawah 2500 gram. Khusus bayi ini, edukasi yang diajarkan kepada pasien ialah Perawatan Metode Kangguru (PMK). Sebelum pasien pulang, perawat mengajarkan metode itu kepada ibu, bapak, atau keluarga yang menemaninya. Jadi setelah pulang, tidak perlu membuat inkubator-inkubator di rumah atau menghangat-hangatkan bayi dengan cara lain. Karena cukup dengan metode tersebut bayi akan merasa hangat.

Jadi, perawat profesional ataupun tim kesehatan lainnya harus dapat memberikan edukasi kesehatan dimanapun dan dengan teknik komunikasi  efektif sehingga tujuan dari edukasi itu sendiri tercapai dan terlaksana. Dimuat di Republika, 20 Februari 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *