Oleh: dr. Kharisma Ridho Husodo, Dokter Umum RSIY PDHI
Mimisan atau epistaksis didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi dari lubang hidung, rongga hidung atau bagian nasofaring. Mimisan sering ditemukan pada masalah kegawatdaruratan medis. Meskipun terlihat menyeramkan, mimisan pada umumnya merupakan kasus yang tidak mengancam jiwa. Pada kebanyakan kasus terjadi pada usia anak dibandingkan pada usia dewasa. Walaupun bukan kondisi yang berbahaya tetapi perlu diwaspadai karena mimisan dapat menjadi tanda dari suatu penyakit.
Mimisan dapat terjadi karena dampak traumatik atau non traumatik. Iritasi (bisa disebabkan karena mengorek hidung) dan kurangnya kelembapan hidung adalah penyebab paling banyak mimisan. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di hidung sehingga menyebabkan mimisan. Tekanan darah tinggi, gangguan perdarahan, atau penggunaan obat pengencer darah menjadi faktor risiko terjadinya mimisan. Cedera langsung pada hidung atau bagian kepala juga bisa menyebabkan mimisan.
Secara teori, terdapat dua jenis mimisan. Yang pertama adalah mimisan bagian depan (epistaksis anterior), yaitu mimisan yang pada umumnya diketahui masyarakat, darah mengalir keluar dari lubang hidung. Yang kedua adalah mimisan bagian belakang (epistaksis posterior) karena berasal dari pembuluh darah bagian belakang hidung. Pada jenis mimisan ini, seseorang akan merasakan adanya cairan atau darah yang mengalir ke bagian belakang hidung hingga tenggorokan. Mimisan bagian belakang dapat disebabkan oleh hal-hal yang lebih serius, seperti tumor yang tumbuh di rongga hidung, tekanan darah yang tinggi, gangguan pembekuan darah, atau demam berdarah.
Saat terjadi mimisan pada Anda atau keluarga Anda, maka pertama tetap tenang dan jangan panik. Karena penanganan pertama mimisan di rumah sangat bermanfaat untuk sebagian besar kasus mimisan. Posisikan orang yang mimisan dalam keadaan duduk dan agak condong ke depan dan jangan berbaring. Posisi berbaring dapat menyebabkan pasien tersedak sehingga menyebabkan kondisi yang lebih serius. Posisi duduk dapat mengurangi tekanan pembuluh darah dalam hidung sehingga membantu mimisan berhenti.
Selanjutnya, remas atau pencet hidung dengan lembut untuk menutup lubang hidung selama 5-10 menit serta bernapas melalui mulut. Jika perlu bisa melakukan kompres es atau air dingin untuk membantu menghentikan perdarahan mimisan. Setelah 5 menit berlalu, silahkan periksa kembali apakah mimisan telah berhenti. Jangan letakkan kain kasa atau tisu di dalam hidung. Hindari mengorek hidung atau membuang ingus selama beberapa jam setelah mimisan. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah berulangnya mimisan.
Jika penanganan awal di atas tidak efektif dalam menghentikan perdarahan atau terjadi mimisan yang berulang-ulang, maka segera menuju fasilitas layanan kesehatan atau rumah sakit. Dokter perlu untuk memeriksa dan menentukan penyebab mimisan tersebut melalui beberapa pemeriksaan. Beberapa hal yang akan dilakukan dokter dalam menangani mimisan di antaranya adalah memasang tampon kasa sesuai sumber perdarahan. Tampon ini bertujuan untuk menghentikan perdarahan dengan menekan pada sumber perdarahan langsung.
Selain itu diberikan terapi berupa obat untuk menghentikan perdarahan dan antibiotik sebagai pencegahan terhadap infeksi. Tampon dapat dipertahankan selama 5 hari dan jangan lupa untuk periksa kontrol untuk menindaklanjuti terapi yang sudah diberikan. Jika dengan penanganan kegawatdaruratan oleh dokter masih terjadi perdarahan yang hebat dari hidung, maka perlu untuk periksa ke dokter spesialis THT-KL (Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala Leher).
Pencegahan mimisan dapat dilakukan di antaranya adalah dengan berhenti mengorek hidung, menggunakan pelembap hidung (nasal spray), menghindari bersin atau membuang ingus terlalu keras, bersin dengan mulut terbuka, menghindari mandi dengan air panas, menghindari makanan pedas, berhenti konsumsi obat-obat pengencer darah, berhenti merokok dan konsumsi minuman alkohol. Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat.
Referensi :
- Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif : Ilmu THT-KL (Telinga Hidung Tenggorok Kepala-Leher). Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
- Bamimore, O. 2019. Acute Epistaxis. (Online). https://emedicine.medscape.com/article/ 764719-overview, diakses pada tanggal 13 Agustus 2020
- Oliver, J. 2018. Epistaxis. (online). http://www.emdocs.net/em3am-epistaxis/, diakses pada tanggal 13 Agustus 2020