Stroke merupakan pembunuh nomer 1 di dunia setiap tahunnya selain penyakit jantung. Data dari Kemenkes RI menunjukkan, 1 dari 4 orang berpotensi mengalami stroke. Jangan sampai kita masuk menjadi salah satu di antaranya karena stroke dapat dicegah atau diobati jika dilakukan tindakan secara cepat. Salah satu upaya untuk menyembuhkan stroke adalah dengan fisioterapi.

Kepala Unit Rehabilitasi Medik RSIY PDHI, Suhartanto, S.Si menjelaskan, stroke merupakan kondisi serius yang terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah atau aliran darah ke bagian otak terhalang oleh pembekuan darah. Otak adalah jaringan yang luar biasa karena reversible atau dapat pulih setelah mengalami cidera, pulih secara fisik maupun fungsinya.

“Karena bagian otak dapat mengambil peran bagian yang rusak dan tergantung besar kecilnya kerusakan akibat stroke,” jelasnya.

Menurut Suhartanto, syarat otak dapat kembali berfungsi adalah dengan melatihnya berulang-ulang, yaitu dengan melakukan terapi gerakan secara berulang ulang. Setelah itu, gerakan tersebut dilakuan secara benar, baik benar gerakannya maupun benar urutan geraknya. Gerakan yang benar adalah gerakan yang mengikuti hukum gerak, yaitu sebelum ada mobilisasi (gerak), pasti ada fiksasi (pusat keseimbangannya). “Hal ini akan menimbulkan gerakan yang benar dan efektif,” tandasnya.

Saat ditanya, kapan sebaiknya melakukan fisioterapi bagi pasien stroke, Suhartanto menjawab, segera setelah kondisi stabil. Pada kasus stroke pendarahan, lanjutnya, ada fase istirahat sekitar 2 Minggu. Pada fase itu, latihan fisioterapi sangat minimal. Setelah melewati masa istirahat, latihan fisioterapi akan ditingkatkan secara perlahan. “Yang paling baik pada stroke perdarahan adalah dilakukan CT Scan ulang untuk mengetahui apakah perdarahan di otak sudah terserap kembali ke jaringan atau belum. Jika sudah, maka terapi dapat ditingkatkan,” terangnya.

Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Menurut Suhartanto, fungsi fisioterapi dalam penangan stroke adalah untuk mengembalikkan atau menstimulasi kembali otot-otot motorik kasar dan motorik halus, stimulasi gerakannya dan stabilisasinya.

Motorik kasar seperti ke duduk, duduk ke berdiri, berdiri (semua ini namanya ambulasi) dengan postur tubuh dan pola gerak yang benar dan efektif. Kemudian berjalan (mobilisasi). Motorik halus adalah hand function, fungsi jari dan gerak tangan, tangan sebagai stabilisasi dan tangan sebagai alat gerak. “Semua ini harus dilakukan dengan bantuan fisioterapis,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala rawat Inap dan penanggungjawab homecare RSIY PDHI, dr. Anggita Fatwa menjelaskan bahwa layanan fisioterapi ini dilakukan sampai organ tubuh bagian yang sakit tersebut dapat dilakukan kembali. “Untuk itulah, pasien stroke membutuhkan layanan homecare fisioterapi untuk membantu memulihkan kembali fungsi dari organ tersebut,’ katanya.

Menurut dr. Anggita, pasien stroke membutuhkan layanan fisioterapi karena ada kondisi-kondisi atau organ tubuh seseorang yang apabila tidak terpakai dalam waktu lama, ototnya itu akan mengecil (atropi). Jika sudah atropi, karena organ jarang terpakai, maka tubuh akan membacanya sebagai organ yang tidak dibutuhkan. Jika hal tersebut berlangsung secara lama dan hendak dipakai (aktivitas) lagi, itu akan sulit. Mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk menggerakkan organ tersebut agar tidak terjadi atropi. “Inilah pentingnya pasien stroke memerlukan layanan fisioterapi,” tandasnya. (SUmber: republika online.)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *