Oleh: dr. Hajar Imtihani, Sp.DV, Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi RS Islam Yogyakarta PDHI

Tidak dipungkiri bahwa menggaruk kulit yang gatal itu kadang memuaskan atau menyenangkan bukan? Rasanya kita akan menjadi lega karena rasa gatal menjadi hilang untuk sementara. Beberapa orang bahkan belum berhenti menggaruk jika belum lecet-lecet. Gatal pada satu area tubuh tertentu dan dalam waktu singkat mungkin tidak begitu mengganggu, namun bagaimana jika gatal terasa di banyak area tubuh, dalam waktu yang lama, hingga mengganggu kehidupan sehari-hari kita? Seringkali setelah konsultasi ke dokter, malah dianjurkan untuk tidak boleh menggaruk. Mengapa ya?

Gatal atau pruritus adalah sensasi kulit yang tidak nyaman, yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Penyebab yang mendasari timbulnya rasa gatal dibagi berdasar mekanismenya menjadi pruritoseptif (dermatologis), neurogenik (sistemik), neuropatik, dan psikogenik. Seseorang dapat saja mengalami satu atau lebih tipe gatal. Mengetahui penyebab pruritus dapat membantu menentukan tata laksana yang tepat untuk keluhan ini.

Gatal pruritoseptif berasal dari permukaan kulit, biasanya karena peradangan, kerusakan kulit, maupun stimulus fisik, seperti mekanik (sentuhan, tekanan, gesekan, getaran), dan suhu. Gatal neurogenik berasal dari kelainan organ tubuh lain selain kulit, gatal neuropatik berasal dari kerusakan saraf aferen pusat maupun tepi, sedangkan gatal psikogenik merupakan diagnosis eksklusi ketika tidak dapat dibuktikan adanya penyebab lain yang menimbulkan gatal namun ditemukan adanya gejala kejiwaan.

Di antara keempat tipe ini, gatal pruritoseptif adalah tipe yang paling banyak dijumpai pada pasien dengan keluhan kulit. Garukan termasuk rangsangan mekanik, sehingga dapat menimbulkan rasa gatal lebih lanjut. Seseorang dengan tipe gatal selain pruritoseptif pada akhirnya dapat mengalami gatal tipe ini dikarenakan kebiasaan menggaruknya.

Garukan diasumsikan bertujuan sebagai perlindungan mekanis dari peradangan lebih lanjut terhadap bahan berbahaya yang menempel pada kulit. Dengan menggaruk, kita berasumsi bahwa sesuatu yang menempel di kulit yang menyebabkan gatal akan ikut pergi. Namun ternyata tidak selalu demikian, karena gesekan dan tekanan terus menerus ini dapat menimbulkan peradangan kulit makin berat, kerusakan kulit, merusak benteng epidermis kulit sehingga makin rentan terhadap infeksi.

Tapi mengapa kita merasa puas setelah menggaruk? Kita menggaruk karena kita ingin meredakan rasa gatal dengan menyebabkan nyeri lokal yang menekan rasa gatal, sehingga kita merasa lebih baik menahan nyeri ringan daripada gatal. Mengapa demikian? Karena nyeri dan gatal berbeda dalam hal respons yang dihasilkan. Nyeri menyebabkan respon withdrawal, yaitu menimbulkan keinginan anggota tubuh untuk istirahat, menahan, atau menyembunyikan area yang nyeri dari rangsangan luar.

Kebalikannya, gatal menyebabkan respon menggaruk, refleks menarik perhatian, yang justru menarik kita untuk ingin menyentuh atau memegang, dan tentu saja, terus menggaruk. Kepuasan yang kita dapatkan mungkin berasal dari pelepasan serotonin selama menggaruk. Serotonin merupakan hormon penting dalam pengelolaan suasana hati, contohnya dalam mencegah depresi, sehingga kita akan merasa senang ketika garuk-garuk.

Selain menggaruk, kebiasaan mandi dengan air panas dan mengoleskan bahan yang terasa panas juga tidak dianjurkan. Air panas maupun minyak yang terasa panas di kulit dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan pada kulit, yang kemudian memperberat rasa gatal. Rasa puas yang dihasilkan hanyalah sementara, seperti pada respon garukan yang telah dijelaskan di atas.

Hindari mengoleskan sesuatu yang panas pada kulit yang gatal, tetapi kita dapat mengoleskan sesuatu yang dingin, seperti bedak dingin, lotion maupun handuk basah yang dingin. Dokter biasanya meresepkan lotion yang mengandung agen yang dapat mengurangi peradangan atau menenangkan kulit, selain juga salep untuk mencegah dan mengobati infeksi jika ditemukan kelainan kulit yang nyata.

Bagaimana jika menggaruk secara tidak sadar, saat tidur malam misalnya? Memang benar, gatal dapat memberat ketika malam hari karena adanya irama sirkadian saat istirahat malam hari seperti peningkatan suhu kulit, peningkatan penguapan air transepidermal, penurunan kadar kortikosteroid dalam tubuh sebagai agen anti-radang, dan respon menggaruk yang tidak dapat ditahan.

Saat tidur, menggaruk dilakukan secara tidak sadar menyebabkan peradangan pada kulit semakin berat dan juga tidur menjadi terganggu. Karena itulah, kadang dokter meresepkan obat yang dapat menyebabkan rasa kantuk, atau disarankan diminum sebelum tidur, sehingga meminimalkan respon garuk yang tidak sadar saat tidur. Penggunaan krim atau lotion sebelum tidur kadang dianjurkan untuk mengurangi keluhan.

Selain anjuran di atas, beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah memberatnya keluhan gatal, antara lain menggunakan sabun yang lembut yang tidak mengiritasi kulit, mandi dengan air hangat (bukan air panas) dan waktu mandi tidak terlalu lama, serta memakai bahan pakaian yang lembut untuk mengurangi gesekan pada kulit.

Nah, sekarang kita tahu kan, mengapa kita harus berhenti menggaruk dan anjuran apa saja untuk mencegah perburukan rasa gatal. Yuk, kita jaga kesehatan kulit sebagai salah satu bentuk syukur kita kepada Allah SWT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *