Oleh: Ery Surayka Puspa Dwi, Psikolog RS Islam Yogyakarta PDHI.

 

Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa kita telah memasuki era kemajuan yang sangat pesat. Orang-orang saling bersaing, bagaimana mereka bisa bertahan di tengah-tengah masyarakat modern dengan segala tantangan yang ada. Faktanya, kita hidup tidak hanya dalam lingkaran satu generasi saja. Sama halnya dalam dunia kerja, setidaknya ada tiga generasi yang saling bekerja sama. Padahal masing-masing memiliki karakteristik yang tidak sama. Di sinilah kerja sama yang baik diperlukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Hal yang sering ditemui adalah adanya perbedaan karakteristik antar generasi yang mempengaruhi kondisi psikologis masing-masing generasi tersebut. Lantas, bagaimana karakteristik kepribadian generai milenial ini dalam dunia kerja?

Generasi milenial adalah mereka yang lahir setelah generasi X. Istilah tersebut berasal dari millennial yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe. Penggolongan generasi Y/ milenial  terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya.

Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta merupakan generasi millenial atau berusia 17-37 tahun. Generasi milenial diperkirakan akan menjadi angkatan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data survey dari BPS menunjukkan bahwa 40% jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah generasi milenial, sisanya merupakan generasi X dan Baby Boomers.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran generasi milenial ini memberikan warna yang baru dalam dunia pekerjaan, tidak lain karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda dengan angkatan kerja sebelumnya. Generasi milenial terbiasa hidup dengan kecanggihan digital sehingga membuat mereka berpikir dan bertindak serba cepat dan praktis. Berikut adalah beberapa karakteristik generasi milenial yang hidup di era revolusi industri 4.0 (revolusi industri yang diawali dengan teknik gadget canggih, super komputer, robotik & perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk mengoptimalkan fungsi otak).

Pertama, dalam dunia kerja, generasi milenial ini cenderung lebih suka dipimpin oleh orang-orang yang bisa memberi contoh atau teladan secara langsung.  Mereka tidak suka tipe atasan yang otoriter. Generasi milenial tidak sudak diatur-atur, mereka cenderung ingin diberi kebebasan tetapi dengan arahan. Itulah sebabnya mengapa tidak sedikit pekerja dari generasi milenial yang mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain karena faktor pimpinan di perusahaan itu sendiri.

Kedua, generasi milenial menyukai lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Hal ini tentu berkaitan dengan fasilitas kantor atau perusahaan. Mereka akan merasa betah apabila fasilitas secara fisik sesuai dengan yang mereka mau, karena hal ini akan membuat mereka semakin produktif. Hal ini berkaitan dengan karakteristik mereka yang pekerja keras dan berpikiran positif. Menurut  World Economic Forum 2017, sebanyak 43% dari mereka yang disebut pekerja keras merupakan pekerja dari generasi milenial.

Ketiga, generasi milenial tidak menyukai adanya hierarki dalam bekerja. Bagi mereka, yang paling penting adalah bagaimana mereka menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan. Salah satu hal yang mereka sukai adalah model kolaborasi. Kolaborasi tersebut tentu melibatkan leader atau atasan, manager level atau pekerja senior, dan siapa pun yang memang dibutuhkan dalam kolaborasi tersebut..

Keempat, generasi milenial sangat menyukai tantangan. Seringkali mereka mudah bosan dengan hal-hal yang sifatnya monoton atau itu-itu saja. Dalam dunia pekerjaan pun mereka lebih suka adanya variasi kerja, baik dalam hal penugasan maupun yang lain. Tidak heran jika generasi ini biasa dijuluki “kutu loncat”, yaitu sering berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Mereka akan mencari tempat yang memang dirasa nyaman dan sesuai dengan ekspektasi mereka.

Kelima, generasi ini lebih mementingkan kesempatan berkembang daripada besaran gaji perusahaan. Meski tidak semua seperti ini, tetapi ada kecenderungan untuk mengarah kesana. imbalan yang besar bukan tujuan utama kaum milenial ketika bekerja.

Itulah lima karakteristik kepribadian generasi milenial dalam dunia kerja di era revolusi industri 4.0. Pada dasarnya setiap individu yang lahir di era digital seperti sekarang memiliki individual character yang tidak sama dengan generasi sebelumnya. Penting bagi kita untuk memahami bagaimana karakter dan kepribadian mereka agar bisa tercipta sebuah integrasi dan harmonisasi, terutama dalam konteks dunia kerja. Dimuat di Harian Republika, Rabu 17 Juli 2019.