Oleh: Agus Nurcahyo, Ketua RSIY PDHI Peduli
Pernahkah anda menerima pesan di grup WA (Whatsapp) dari kiriman beruntun yang diteruskan dari satu grup ke grup lain tentang pasien yang membutuhkan darah ? Pesan berantai tersebut menginformasikan bahwa si pasien membutuhkan tambahan darah dan kondisinya sedang kritis. Bila tidak tercukupi kebutuhan darahnya, kita sudah dapat menebak bagaimana akhirnya. Namun bila kekurangan darah tersebut dapat segera dipenuhi, maka nyawa pasien ada harapan untuk tertolong.
Kita tentu tidak pernah berharap berada dalam posisi seperti, sebagaimana kita tidak pernah sanggup membayangkan saat berada dalam posisi seperti itu. Akan tetapi, pernahkah kita melihat bagaimana kepanikan dan kekhawatiran sebuah keluarga ketika dokter menyatakan bahwa saudaranya membutuhkan sekian kantung darah, jika tidak mungkin nyawanya tidak tertolong lagi. Dengan tergesa-gesa, pergilah ia ke PMI (Palang Merah Indonesia) atau bank darah setempat, namun ternyata darah golongan yang dicari sedang habis atau kosong. Dapat dibayangkan betapa panik dan sedihnya keluarga tersebut.
Pernahkah kita melihat seorang ibu bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya di jalan dekat sebuah rumah sakit? Ia bertanya tentang golongan darahnya seraya memohon dengan sangat agar mau mendonorkan darahnya. Sang ibu mengatakan bahwa anaknya sedang butuh beberapa kantung “fresh blood” (darah yang langsung diperoleh dari si pendonor, tanpa disimpan dalam waktu yang lama). Dapat dibayangkan bagaimana kepanikan dan kesedihannya menyeruak di relung-relung terdalam jiwa kemanusiaan kita.
Itu hanyalah secuil kejadian betapa panik dan histerisnya orang-orang yang membutuhkan kekurangan darah ini. PMI yang diserahi tanggung jawab untuk mengelola segala hal yang berhubungan dengan transfusi darah sesuai dengan PP No. 18 tahun 1980 ini, tentu tidak akan berfungsi bila tanpa bantuan dari kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darahnya. Transfusi darah menjadi masalah yang kompleks manakala kebutuhan akan darah masih belum dapat diimbangi dengan jumlah perolehannya. Akibatnya, proses pengobatan terhadap seseorang menjadi terhambat, bahkan nyawa pasien menjadi taruhan.
Oleh karena itu, RSIY PDHI bekerjasama dengan PMI Kota Yogyakarta akan menggelar “Aksi Donor Darah” terbuka untuk umum di rumah sakit setempat pada tanggal 27 April 2019. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk peduli terhadap pasien sekaligus upaya untuk menyehatkan badan. Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan darah yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan sukarela kepada siapa saja yang membutuhkan transfusi darah. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia dengan cara memindahkannya dari tubuh orang yang sehat kepada tubuh orang yang membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya/menyelamatkan jiwanya.
Donor darah merupakan aksi sosial kemanusiaan karena menyangkut kebutuhan dan keberlangsungan hidup. Manusia tidak dapat hidup tanpa darah, mengingat semua jaringan tubuh memerlukan darah. Otak manusia membutuhkan darah yang mencukupi dan teratur. Jika tidak menerima darah dalam tempo lebih dari empat menit, maka sel otak akan mati. Karena itu, salah satu manfaat donor darah adalah dapat menyelamatkan jiwa orang lain secara langsung. Sehingga aksi kemanusiaan ini merupakan amal ibadah yang pahalanya sangat besar.
Selama ini masih ada persepsi salah dari masyarakat bahwa mendonorkan darah hanya akan menguntungkan si penerima dengan terselamatkan nyawanya, namun merugikan si pendonor. Pemahaman klasik seperti ini harus diluruskan dan dibuang jauh-jauh, karena ternyata secara medis, melakukan donor darah itu justru menyehatkan. Di antara manfaat mendonorkan darah bagi kesehatan ialah, dapat mengaktifkan sel-sel darah. Saat seseorang menyumbangkan darahnya, sumsum tulangnya dirangsang untuk menghasilkan sel darah merah baru. Hal ini membuat organ pembentuk darah untuk berfungsi lebih efektif dan sel-sel menjadi aktif.
Melakukan donor darah juga dapat membantu menjaga kesehatan jantung. Alasannya, saat kita rutin mendonorkan darah, maka jumlah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Artinya, hal ini dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Selain itu, mendonorkan darah juga dapat menurunkan berat tubuh. Menurut medis, mendonorkan darahnya merupakan salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Alasannya, dengan memberikan sekitar 450 ml darah saat didonorkan maka akan membantu proses pembakaran kalori sekitar 650.
Saat mendonorkan darah, secara tidak sadar kita juga sedang mendeteksi penyakit serius yang mungkin sedang menyerang diri kita. Sebab saat mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah kita akan diperiksa terlebih dahulu sehingga kita bisa mengetahui apa golongan darah kita dan apakah kita memiliki penyakit serius seperti HIV, hepatitis, siphilis, malaria atau tidak.
Dari segi psikologi, kegiatan mendonorkan darah juga dapat membantu menyehatkan psikis pendonor darah. Saat kita menyumbangkan darah secara sukarela, maka sejatinya kita sedang menyumbangkan hal yang tidak ternilai harganya kepada saudara kita. Apalagi, mereka adalah orang-orang yang sedang sangat membutuhkan bantuan dan berada dalam keadaan antara hidup dan mati. Saat kita dapat membantu menyelamatkan nyawanya, kita merasa puas dan bahagia.
Jadi, tunggu apalagi? Mari kita sumbangkan darah kita dengan menjadi pendonor darah, sudah waktunya kita mengikuti jejak teman dan saudara kita untuk peduli kepada sesama.